BAB II
HASIL BELAJAR DAN METODE RESITASI MATERI POKOK PENGELOMPOKAN TUMBUHAN

A.    Kajian Pustaka
Pentingnya kajian pustaka dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai upaya penelusuran karya yang dihasilkan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut kajian pustaka ini dimaksudkan untuk membuktikan keotentikan (keaslian) penelitian. Bahwa permasalahan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang belum pernah diangkat atau dilakukan oleh peneliti.
Pertama, penelitian yang berjudul “ Efektivitas Metode Resitasi dan Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Energi dan Perubahannya Pada Siswa Kelas IV MI Miftahul Islam Ringin Harjo Gubug Grobogan” [1]
Skripsi ini membahas tentang efektivitas penerapan metode resitasi dan demonstrasi  yang kajiannya dilatarbelakangi oleh kurangnya kreatifitas dan keaktifan siswa serta guru dalam mengkomunikasikan gagasan dan pemahaman mengenai Ilmu Pengetahuan Alam, serta kurangnya perhatian guru dalam menerapkan suatu metode pembelajaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data rata-rata hasil belajar peserta didik pada materi energi dan perubahannya setelah dilakukan tindakan, hasil belajar rata-rata di atas nilai KKM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode resitasi dan demonstrasi efektif digunakan  pada  materi  energy dan perubahannya pada siswa kelas IV MI Miftahul Islam Ringin Harjo Gubug Grobogan.
Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh saudari Esti Hunesty Mamnukhatul adalah sama – sama menggunakan metode resitasi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada fokus penelitiannya dimana pada penelitian saudari Esti Hunesty meneliti tentang efektivitas metode resitasi dan demonstrasi materi pokok energi dan perubahannya pada kelas IV , sedangkan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah penggunaan metode resitasi  materi pokok pengelompokan tumbuhan pada kelas III.


B.     Kerangka Teoritik
  1. Hasil Belajar
a.      Pengertian Hasil Belajar
Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siwa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai  tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian  hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Untuk mengetahui definisi hasil belajar yang sebenarnya, perlu dikaji menurut bahasa  maupun menurut istilah. Kata hasil menurut bahasa berarti sesuatu yang diadakan, dibuat oleh usaha.[3] Dan belajar berarti memperoleh kepandaian atau ilmu.[4] Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung.
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu  interaksi tindak mengajar atau belajar”[5]  Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.
Hakikat  hasil belajar itu adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. perubahan perilaku yang menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran diantaranya mencakup pengetahuan, kemampuan berfikir, keterampilan, penghargaan terhadap sesuatu, sikap, minat, dan sebagainya.[6]
Hsil belajar juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dimiliki oleh guru karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam memahami isi bahan pelajaran. walaupun idealnya suatu evaluasi harus mencakup ketiga ranah tersebut.
Pengukuran ranah  afektif tidak semudah dalam mengukur ranah kognitif, sebab setiap waktu terjadi perubahan tingkah laku peserta didik. Sedangkan untuk pengukuran ranah psikomotorik dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar yang berupa penampilan.[7] Ranah afektif tujuan penilaiannya adalah perilaku, bukan pengetahuan peserta didik, maka jawabannya tidak harus benar atau salah, karena hanya akan mengukur tentang sikap-sikap dan minat peserta didik. Sedangkan dalam ranah psikomotorik pengukurannya disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif dahulu karena penilaian ditunjukkan kepada hasil belajar yang berbentuk keterampilan peserta didik.
Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar inimerupakan tahap lanjutan dari hasil belajar afektif.  Menurut AJ. Romiszowski yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system masukan (inputs) .Outputs tersebut berasal dari berbagai macam informasi, sedangkan inputs adalah perbuatan atau kinerja.[8]
Robert Gagne yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono berpendapat bahwa “ hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik dapat dikategorikan dalam lima kategori, yaitu : informal verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, sikap serta keterampilan motorik.”[9]
Pengkategorian hasil belajar tersebut sebaiknya digunakan guru sebelum merencanakan  kompetensi dan mengadakan kegiatan penilaian, karena dengan menggunakan lima kategori hasil belajar tersebut, guru akan mengetahui kompetensi apa saja yang akan dicapai oleh peserta didik serta kegiatan penilaian berbentuk apa saja yang akan dicapai oleh peserta didik yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik menunjukan tingkat penguasaan materi yang telah diserap sebagai parameter untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru serta tingkat keberhasilan guru dalam pembelajaran. Jadi hasil belajar peserta didik dicapai melalui proses yang panjang karena memerlukan usaha, baik dari peserta didik sendiri maupun dari orang lain seperti guru dan orang tua.
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.

b.      Bentuk – Bentuk  Hasil Belajar
Hasil belajar yang telah dicapai peserta didik melalui proses perubahan yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan. Indikator  keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar diantaranya dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu :
1)      Tingginya daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran, baik secara individu maupun klasikal
2)      Tercapainya  tujuan pembelajaran yeng telah ditentukan oleh guru.
Indikator tersebut merupakan standar umum yang digunakan oleh guru untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran.
Inti dari belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi peserta didik sebagai akibat belajar.  Sedangkan dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai proses pembelajaran. Secara psikologis, manusia mempunyai kesadaran atas pengertian yang ada dalam  jiwanya. Dalam belajar pemahaman atau pengertian, memegang  peranan yang sangat penting bagi tuntasnya kegiatan belajar. Belajar  bukanlah aktifitas reaktif mekanis belaka, tetapi juga adanya pemahaman terhadap perangsang yang datang dan tengah dihadapi saat seseorang melakukan aktifitas belajar.
Dari beberapa pandangan tentang belajar,dapat dipahami bahwa perbuatan dan  hasil  belajar itu mungkin itu mungkin dapat dimaifestasikan dalam wujud :
1)      Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau sistem nilai-nilai dan sebagainya.
2)      Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berfikir, mengingat atau mengenal  kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya) perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif.
3)      Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian, baik yangtangible maupun yang intangible.
Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain :
1)      Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
2)      Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual
3)      Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu yang ingin dicapai melalui proses belajar.
4)      Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral
5)      Belajar adalah proses interaksi
6)      Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.

c.       Faktor-Faktor yang  Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan  faktor luar individu. Factor dari dalam antara lain:  keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar”[10] Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, hasil belajar, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang.
Belajar merupakan suatu proses, sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses ( masukan atau input), dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Di dalam proses belajar mengajar di sekolah maka yang dimaksud masukan mentah atau rw input adalah peserta didik. Sebagai raw input peserta didik memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah minat, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana prosesdan prestasi belajarnya.
Hasil belajar merupakan bagian dari sebuah proses pendidikan. Sehingga banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut , diantaranya :
1)      Faktor Peserta Didik
Peserta didik adalah salah satu factor pendidikan yang paling penting, karena tanpa adanya peserta didik, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu factor peserta didik tidak dapat digantikan oleh faktor lain.
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain:
(a)    Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan obyektif(scholastic aptitude test)
(b)   Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (interest inventory)
(c)    Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya
(d)   Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (achievement test)
(e)    Menguasai salah satu bahasa asing, terutama bahasa inggris (English comprehension test) bagi siswa yang telah memenuhi syarat-syarat itu.
(f)    Kesehatan jasmani
(g)   Lingkungan yang tenang
(h)   Kehidupan ekonomi yang memadai
(i)     Menguasai teknik belajar di sekolah dan di luar sekolah.[11]

2)      Faktor Pendidik
Pendidik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena pendidik ialah orang yang akan bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi  peserta didiknya. Syarat-syarat menjadi pendidik (guru) selain harus memiliki ijasah yang sesuai, kesehatan jasmani dan rohani juga amat menentukan, agar dapat memberikan pendidikan dan pengajaran.

3)      Faktor Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan juga merupakan factor yang penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan tersebut. Kita mengenal adanya rumusan formil tentang tujuan pendidikan /pengajaran secara hirearkis, di mana tujuan yang lebuh umum dijabarkan menjadi tujuan yang lebih khusus. Sedangkan tujuan yang lebih khusus merupakan tujuan yang lebih spesifik,yang semuanya diarahkan untuk dapat tercapainya tujuan umum tersebut.
Adapun rumusan formal dari tujuan pendidikan secara hierarkis adalah:
(a)    Tujuan pendidikan nasional
(b)   Tujuan institusional
(c)    Tujuan kurikuler
(d)   Tujuan instruksional

4)      Faktor Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan dalam pendidikan. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih alat pendidikan antara lain:
(a)    Tujuan apa yang hendak dicapai dengan alat tersebut
(b)   Siapakah yang menggunakan alat tersebut
(c)    Terhadap anak yang bagaimanakah alat tersebut dipergunakan
(d)   Bagaimana cara menggunakan alat tersebut.

5)      Faktor Millieu atau Lingkungan
Milleu / lingkungan mempunyai  peranan  yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan. Karena perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam akhlaknya, dalam sikapnya, maupun dalam agamanya. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif bilamana lingkungan dapat memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak-anak untuk berbuat hal-hal yang baik.

Faktor-faktor di atas, antara yang  satu dengan yang lainnya memiliki posisi saling terkait dan tidak ada satu pengaruh yang paling dominan di antara pengaruh-pengaruh yang ada. Proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien,dan hasil proses belajar mengajar tidak selalu optimal, karena adanya sejumlah hambatan.  Materi yang diajarkan oleh guru haruslah sesuai dengan kurikulum yang ada, dan juga sesuai dengan bahan yang seharusnya diajarkan. belajar yang demikian itu akan lebih mengutamakan penguasaan ilmu, dan diyakini  akan memberi peluang  pada peserta didik untuk aktif dan kreatif, serta memiliki tanggungjawab, guru juga akan lebih professional, pembelajaran akan lebih bermakna, di managuru mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangun kretifitas peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan.

d.      Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi  hasil  belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Fungsi evaluasi hasil belajar antara lain untuk diagnostic dan pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas, dan untuk penempatan. Sedangkan tujuan evaluasi hasil belajar adalah :
1)      Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.
2)      Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu
3)      Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menempatkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan)
4)      Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
5)      Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
6)      Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat, dan bakatnya.[12]
Sasaran evaluasi hasil belajar mencakup ranah kognitif (pengetahuan/pemahaman) yang meliputi sasaran penilaian aspek pengenalan,  sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal), dan sasaran penilaian  aspek pemahaman (comprehension). Ranah afektif  meliputi  aspek-aspek penerimaan, sambutan, penilaian, organisasi, dan karakteristik. Sedangkan ranah keterampilan meliputi sasaran evaluasi keterampilan reproduktif  dan keterampilan  produktif yang  mencakup aspek  keterampilan kognitif, reaktif,  dan interaktif.
Prosedur evaluasi  hasil belajar diawali  dengan tahap persiapan yakni guru menyusun kisi-kisi (blue print), bentuk item yang dapat disusun bisa dalam bentuk pilihan berganda, bentuk essay atau berbagai bentuk lainnya. Namun item yang digunakan harus  mempertimbangkan berapa  jumlah waktu  yang tersedia, jumlah item, dan luas skopnya pada tes yang akan diberikan.


Prosedur evaluasi hasil belajar yang  kedua adalah penyusunan alat ukur. Alat evaluasi yang digunakan ada dua jenis yaitu :
1)      Penilaian dengan tes
Meliputi educational test (untuk mengukur prestasi belajar,), mental test atau tes intelegensi (untuk  mengukur intelegensi seseorang), dan aptitude test (untuk mngetahui bakat seseorang).
2)      Penilaian bukan dengan tes
Penilaian bukan dengan tes digunakan bersama-sama tergantung pada tujuan penialaian dan aspek yang akan dinilai, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh tentang perkembangan peserta didik. Penilaian tersebut berupa : check list, rating scale, kartu partisipasi harian, laporan lisan dan tulisan, dan kartu angka.
Pengukuran hasil belajar dilaksanakan dengan cara / bentuk tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi,yakni evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan kombinasi ketiga model.[13]

  1. Metode dalam Pembelajaran
Untuk mencapai sesuatu itu harus menggunakan metode, termasuk menentukan sukses tidaknya proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru dengan siswa. Metode memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan siswa.semakin tepat metode yang digunakan, maka prestasi belajar siswa akan meningkat.
Menurut Abdul Majid, metode apapun yang digunakan oleh pendidik / guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip – prinsi KBM. Pertama , berpusat kepada anak didik (Student oriented) . guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Satukesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (Learning style) anak didik harus diperhatikan.
Kedua, belajar dengan melakukan ( learning by doing ) . supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga iamemperoleh pengalaman nyata.
Ketiga, mengembangkan kemampuan social. Prosespembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together ).
Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Kelima , mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi anak didik.[14]
Menurut Nana Sudjana, metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan  guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. [15]
Menurut Darwyn Syah, metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode yang digunakan maka makin efektif dan efisien  kegiatan belajar mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa pada akhirnya akan menunjang dan mengantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Karenanya guru harus dapat memilih  dengan tepat metode apa yang akan digunakan dalam mengajar dengan melihat tujuan belajar yang hendak dicapai, situasi dan kondisi serta tingkat perkembangan siswa.
Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut juga interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif baik siswa maupun murid menjalankan tugas dan perran masing-masing. Guru sebagai salah satu sumber belajar dan yang mengorganisir, memfasilitasi, serta memotivasi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan siswa melakukan aktivitas belajar dan memperoleh pengalaman belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan bantuan dan bimbingan dari guru.[16]
Menurut Oemar Hamalik, metode adalah cara yang duginakan untuk menyampaikan materi  pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melelui prosedur tertentu. Istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.
Metode atau strategi  pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum. Karena memuat tugas – tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Tiga alternatif  yang  dapatdigunakan antara lain : pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, pendekatan yang berpusat pada siswa, pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.[17]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah,  kedudukan metode dalam pengajaran meliputi : metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, metode sebagai strategi pengajaran, metode sebagai alat mencapai tujuan.[18]
Metode pembelajaran yang sudah diterapkan di MI Muhammadiyah Kranggan Pekuncen dalam materi pokok pengelompokan tumbuhan adalah metode  ceramah dan metode  tanya jawab. Metode ceramah ceramah biasanya digunakan untuk menyampaikan materi baru dan membutuhkan penjelasan. Menurut  Muhammad  Ali, agar  pengajaran menggunakan metode kuliah (ceramah)  dapat dilakukan secara lebih baik, guru perlu mempertimbangkan faktor berikut :
a.       Perumusan tujuan secara jelas.
b.      Kesesuaian metode kuliah dengan tujuan, artinya metode ini dipandang lebih efektif untuk menyampaikan bahan yang bersangkutan.
c.       Memvariasikan metode kuliah dengan metode lain
d.      Menggunakan alat pelajaran yang relevan untuk membangkitkan minat belajar siswa
e.       Pengorganisasian bahan harus dilakukan secara cermat, dengan menggunakan prinsip belajar dan mengajar.[19]
Sedangkan  metode tanya jawab digunakan untuk menggali pengetahuan siswa, juga sebagai umpan balik agar apabila terjadi salah informasi dapat segera diperbaiki. Menurut Darwyn Syah , metode tanya jawab adalah cara penyajian pengajaran oleh guru dengan memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa. Metode tanya jawab dapat merangsang siswa untuk dapat mengemukakan pendapatdan pikiran masing-masing. Melalui pertanyaan yang diajukan  oleh guru, siswa terdorong untuk mencari jawaban yang tepat dan memuaskan dengan merangkai pengetahuan yang telah dimilikinya. Apabila pengetahuan yang telah dimilikinya kurang memadai untuk menjawab pertanyaan atau  permasalahan yang diajukan, siswa akan tertantang untuk menjelajahi data-data jawaban melalui berbagai cara yang tepat dengan membaca, meneliti, atau penelitian di laboratorium.[20]

  1. Metode Resitasi
a.       Pengertian Tugas Belajar / Resitasi
Metode tugas belajar adalah penyajian bahan pelajaran  dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa yang dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, atau di rumah.[21]
Tugas dan resitasi tidak sama  dengan pekerjaan rumah, tetapi  jauh lebih luas dari  itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah,  di perpustakaan., dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi  merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok. 
Dari  uraian di atas dapat disimpulkan  bahwa  metode resitasi adalah pemberian tugas kepada siswa di luar  jam  pelajaran ,dan  siswa harus mempertanggungjawabkan hasil dari tugasnya tersebut kepada guru.  Resitasi sering disamakan dengan "home work" ( pekerjaan rumah ),  padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah ( PR ) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas - tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi  biasanya dilakukan karena  jumlah jam yang sedikit, namun bahan ajar terlalu banyak.  Tugas sangat  banyak macamnya, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas menyusun  laporan (lisan / tulisan) , tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium, dll. [22]
Metode resitasi  ini merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah  tugas kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian tugas ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.

b.      Dasar Pertimbangan Penggunaan Metode Tugas Belajar / Resitasi
1)      Adanya  kesenjangan antara waktu yang tersedia dengan dengan materi pelajaran yang terlalu banyak.
2)      Mengaktifkan siswa baik secara individu maupun secara kelompok
3)      Pemantapan pengetahuan siswa dengan melakukan suatu tugas.
4)      Mendorong siswa belajar  mandiri  baik membaca , menulis, mengerjakan soal, dan sebagainya. [23]

c.       Langkah – Langkah  Menggunakan Metode Tugas Belajar / Resitasi
1)      Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :
(a)    Tujuan yang akan dicapai
(b)   Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut sesuai dengan kemampuan siswa
(c)    Ada petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
(d)   Tersedia waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
2)      Langkah  Pelaksanaan  Tugas
(a)    Diberikan bimbingan / pengawasan oleh guru
(b)   Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
(c)    Diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri,  tidak menyuruh orang lain
(d)   Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan hasil yang baik dan sistematik
3)      Fase  Mempertanggungjawabkan Tugas
Hal  yang harus dikerjakan pada fase ini :
(a)    Laporan siswa baik lisan / tertulis dari apa yang telah dikerjakannya
(b)   Ada tanya jawab / diskusi  kelas
(c)    Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.
Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi.[24]



d.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Tugas Belajar / Resitasi
1)      Sisi positif metode pemberian tugas belajar :
(a)    Merangsang aktivitas dan kreativitas siswa dalam rangka mengisi waktu luang dengan kegiatan konstruktif dan produktif
(b)   Menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab
(c)    Membiasakan anak belajar tanpa bimbingan dan pengawasan dari guru
(d)   Memberikan pengalaman kepada siswa mencari dan mengolah informasi dan sumber belajar.
2)      Sisi negatif metode pemberian tugas belajar :
(a)    Sulit mengontrol dan mengawasi tugas yang dikerjakan oleh siswa
(b)   Beberapa orang siswa cenderung mengerjakan secara serampangan
(c)    Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa
(d)   Apabila tugas diberikan dalam bentuk kelompok,tidak semua berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
(e)    Menimbulkan kebosanan apabila tugas yang diberikan bersifat monoton.

4.      Pengelompokan Tumbuhan
Tumbuhan dapat dikelompokkan berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimilikinya, pengelompokan tersebut memudahkan mempelajari tentang tumbuhan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang akan dibahas materi pokok pengelompokan tumbuhan berdasarkan persamaan ciri-cirinya.
Tumbuhan dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk daun, tempat hidup, biji, bunga, jenis batang, dan akarnya. Setiap tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran, dan warna daun yang berbeda. Berikut ini pengelompokan tumbuhan berdasarkan persamaan ciri-cirinya.[25]
a.      Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bunganya
Berdasarkan ada tidaknya bunga, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua (2) yaitu :
1)                                                                                                                              Tumbuhan berbunga, misalnya : mawar, melati, dan rambutan
2)                                                                                                                              Tumbuhan tidak berbunga,misalnya : paku, supplier, dan cemara
b.      Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya
1)      Tumbuhan yang hidup di darat, misalnya : paku, supplier, dan cemara
2)      Tumbuhan yang hidup di air, misalnya : nceng gondok dan teratai
c.       Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daun
Daun merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi menghasilkan zat makanan dan sebagai alat pernafasan. Bentuk daun setiap tumbuhan berbeda – beda. Bentuk daun tumbuhan dipengaruhi oleh susunan tulang daunnya. Berdasarkan susunan tulang daunnya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1)      Tulang daun menyirip, misalnya : daun manga, daun jambu, dan daun nangka.
2)      Tulang daun menjari, misalnya : daun papaya, daun singkong, dan daun jarak
3)      Tulang daun melengkung, misalnya : daun sirih, daun genjer, dan daun gadung
4)      Tulang daun sejajar,misalnya : daun tebu, daun jagung, dan daun padi.


d.      Pengelompokan tumbuhan berdasarkan jenis batang
Bagi tumbuhan batang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari akar ke daun,tempat tumbuh daun, bunga, buah, dan tunas. Pada beberapa tumbuhan tertentu, batang juga berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya batang tumbuhan tebu dan sagu.
1)                                                                                                                              Tumbuhan berbatang rumput
Tumbuhan berbatang rumput,batangnya memiliki ruas-ruas yang nyata dan biasanya berongga, misalnya : tumbuhan padi dan jagung
2)                                                                                                                              Tumbuhan berbatang basah
Tumbuhan berbatang basah memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya : tumbuhan bayam dan pisang
3)      Tumbuhan batang berkayu
Tumbuhan batang berkayu memiliki kambium. Kambium adalah lapisan di dalam batang yang hanya dimiliki tumbuhan batang berkayu. Kambium mengalami dua arah pertumbuhan. Pertumbuhan kambium kea rah luar membentuk kulit. Sedangkan pertumbuhan kambium ke arah dalam membentuk kayu. Adanya pertumbuhan kambium, batang bertambah besar. Contoh tumbuhan berbatang kayu antara lain manga, nangka, jambu.
e.       Pengelompokan tumbuhan berdasarkan jenis akarnya
Akar bagi tumbuhan berfungsi menyerap air dan zat hara dari dalam tanah. Pada beberapa tumbuhan, akar juga berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, misalnya tumbuhan singkong.
Berdasarkan jenis akarnya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1)   Akar serabut, misalnya tumbuhan padi, tebu, kelapa, jagung
2)   Akar tunggang, misalnya manga, jambu,rambutan, dan kacang-kacangan.


f.       Pengelompokan tumbuhan berdasarkan jenis bijinya
Berdasarkan keping bijinya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1)      Tumbuhan biji berkeping satu (monokotil)
Tumbuhan monokotil biasanya memiliki akar serabut, batang tidak berkayu,dan bentuk tulang daunnya sejajar. Contohnya : padi,jagung, gandum, kelapa, dan salak.
2)      Tumbuhan biji berkeping dua (dikotil)
Tumbuhan dikotil biasanya memiliki akar tunggang, batangnya berkayu. Contoh tumbuhan dikotil adalah manga, jambu, kacang-kacangan.

C.    Rumusan Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
Jika penggunaan metode tugas belajar  atau resitasi pada  materi pokok pengelompokan tumbuhan dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.



[1] Esti Hunesty Mamnukhatul, “Efektifitas Metode Resitasi dan Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar Energi dan Perubahannya Pada Siswa Kelas IV MI Miftahul Islam Ringin Harjo Gubug Grobogan”,  http://eprint.walisongo.ac.id/1686/5/093911012-coverdll.pdf, diakses 28 Oktober 2014.

[3] Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV Widya Karya, 2009), hlm. 166.
[4]  Suharso dan Retnoningsih,  Kamus …, hlm. 21.
[5] Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Rineka Cipta: Jakarta,2009), hlm. 40.
[6] Muhammad Ali, Bimbingan Belajar (Penuntun Sukses di Perguruan Tinggi dengan Sistem SKS, (Bandung: CV Sinar Baru, 1984), hlm. 11.
[7] Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 181.
[8] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.
[9] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widasarana Indonesia, 2006), hlm. 217.
[10] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1982), hlm.7.
[11] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 57.
[12] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.160.
[13] Hamalik, Kurikulum…, hlm. 170.
[14]  Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran  (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 135.
[15]  Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 76.
[16] Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm.133.
[17] Hamalik, Kurikulum…, hlm.26.
[18] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.82.
[19]  Muhammad Ali, Guru dalam proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo , 2008), hlm. 79.
[20] Syah, Perencanaan…, hlm.137
[21]  Syah, Perencanaan…, hlm.148.
[22]  Sudjana, Dasar-Dasar…, hlm. 81
[23]  Syah, Perencanaan…, hlm. 148.
[24]  Sudjana, Dasar-Dasar…, hlm. 82.
  [25] Ari Pitoyo dan Issufiah Dwi Maryati, Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas 5, SD/MI. (Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm. 15.
Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home