Ahmad Munthahar-Skripsi Bab II : Metode Iqra'




BAB II
PENERAPAN METODE IQRA’ DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BACA AL-QUR’AN

A.    Penerapan Metode Iqra’ Dalam Pengembangan Kemampuan Baca Al-Qur’an
1.    Pengertian Tentang Penerapan Metode Iqra’
Penerapan Metode Iqra’ terdiri dari dua kata yaitu kata penerapan dan kata metode Iqra’. Maka penulis akan sampaikan pengertian dari dua kata tersebut.
a.       Pengertian penerapan
Penerapan merupakan kata yang sudah dimaklumi oleh masyarakat yang artinya menggunakan atau melaksanakan. Dari pengertian tersebut, penulis memberikan pengertian bahwa penerapan merupakan suatu pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dan pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
b.      Pengertian metode Iqra’
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan.
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Sehingga guru tidak dapat begitu saja mengesampingkan peran metode dalam suatu Pengembangan Kemampuan. Metode juga berarti rencana menyeluruh penyajian bahan ajar secara sitematis berdasarkan pendekatan tertentu[1]
Sedangkan menurut Wina Sanjaya metode berarti upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[2]
Dengan metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa yang berkaitan dengan kegiatan mengajar guru.[3] Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalam menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai tujuan Pengembangan Kemampuan yang telah dirumuskan. Dalam memilih metode yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Secara umum ada beberapa metode yang sering digunakan dalam Pengembangan Kemampuan. Diantara metode-metode Pengembangan Kemampuan tersebut adalah :
c.       Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak selamanya jelek bila dalam penggunaannya disiapkan dengan baik, didukung dengan media yang tepat dan memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.
d.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat timbal balik atau terjadinya dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung anatara guru dan siswa.
e.       Metode Diskusi
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan atau menyelesaikan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi itu bukan debat, karena debat itu hanya perang mulut yaitu hanya sekedar adu argumentasi, beradu paham, atau hanya untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan pendapat, sehingga setiap kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan sumbangan dari setiap orang, kelompok diharapkan akan maju dari pemikiran satu ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai dengan paham yang terakhir sebagai hasil karya bersama.  
f.       Metode Tugas Belajar dan Resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula secara kelompok.
g.      Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
h.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Dalam pelaksanaannya demonstrasi dan eksperiman dapat digabungkan, artinya demonstrasi dulu lalu diikuti dengan eksperiman.
i.        Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya dan dalam pelaksanaannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Metode ini dimaksudkan agar siswa lebih terkesan dengan apa yang ia praktekkan dalam Pengembangan Kemampuan tersebut, sehingga lebih paham dengan maksud dari Pengembangan Kemampuan yang ia terima.
j.        Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
k.      Metode Sistem Regu (tema teaching)
Team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar, dimana dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai keahlian yang kita butuhkan.
l.        Metode Karya Wisata
Karyawisata dalam arti metode mengajar yang mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata yang di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Jadi karyawisata tersebut tidak memerlukan waktu yang lama dan tempatnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Karyawisata yang memerlukan waktu yang lama dan tempat yang jauh dari sekolah disebut study tour.
m.    Metode Resource Person (manusia sumber)
Metode resuorce person  dimaksudkan ialah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran kepada siswa. Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus. Orang luar ini bisa kita kunjungi di tempat mereka bekerja atau sebaliknya mereka kita undang ke sekolah.
n.      Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan ajar) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan sebenarnya.
o.      Metode Suvai Masyarakat
Pada dasarnya survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. Banyak sekali jenis survai ini, seperti sosial survai, school survai dan lain-lain. Masalah-maslah yang dipelajari dalam survai ialah masalah-masalah dalam kehidupan sosial. Untuk mempelajari masalah-masalah sosial atau masalah yang terjadi pada masyarakat dapat digunakan observasi dan wawancara. Observasi adalah pengamatan terhadap gejala atau tingkah laku tertentu dari objek yang diselidiki baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Sedangkan wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk mengungkap persoalan yang diinginkan.[4]
Adapun dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an, beberapa metode yang dapat digunakan sebagai media pengembangan kemampuan baca al-Qur’an antara lain :
1.      Metode Qiroati, yaitu suatu metode pengembangan kemampuan baca al-Quran yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.
2.      Metode Yanbu’a, timbulnya Yanbu’a adalah dari usulan dan dorongan alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok disamping usulan dari masyarakat luas juga dari lembaga pendidikan Maarif serta muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. Yanbua adalah sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan bukan sebagai tujuan
3.      Metode Tilawati, yaitu suatu metode pengembangan kemampuan baca al-Quran menggunakan metode pengelolaan kelas yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap metode pengelolaan kelas akan efektif jika dipakai pada kelas-kelas tertentu menyesuaikan kondisi dan kasus kelas itu sendiri.
4.      Metode Iqro’, yaitu suatu metode pengembangan kemampuan baca al-Quran yang menekankan langsung pada latihan membaca. Dalam metode Iqra’ ini buku ajar yang digunakan adalah buku Iqra’. Buku Iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai tingkat yang sederhana tahap-demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Disusun oleh ustadz As’ad Humam yang berdomisili di Yogyakarta.

Adapun pengembangan kemampuan baca al-Qur’an yang dapat dilakukan melalui penerapan metode Iqra’ ini antara lain dengan :
·         Membiasakan siswa dalam mengenal huruf hijaiyah yang telah disampaikan yaitu dengan cara mengulang-ulang bacaan agar siswa dapat membedakan antara huruf satu dengan huruf lainnya.
·         Membiasakan siswa untuk mengenal tanda baca dan panjang pendeknya bacaan.
·         Membiasakan siswa untuk menghafal surat-surat pendek, doa sehari-hari agar siswa terbiasa untuk menjalankannya. Hafalan ini perlu dilakukan karena menghafal al-Quran akan menambah perbendaharaan kosa kata dari lafadz-lafadz al-Qur’an,  sehingga dapat  membantu pengembangan kemampuan baca al-Qur’an pada siswa. Selanjutnya diharapkan akan tumbuh kecintaan anak pada al-Quran, yang akan  menumbuhkan perilaku mulia pada anak
Metode Iqra’ penerapannya juga dapat dilakukan dengan pemberian tugas. Cara ini dilakukan dalam rangka mempercepat target pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pemberian tugas dapat dilakukan pada saat pengembangan kemampuan secara klasikal maupun secara individual, terutama bagi siswa yang dinilai lambat dalam memenuhi target pencapaian pengajaran. Hal ini dilakukan agar mereka berusaha belajar sendiri di rumah dengan menggunakan tugas yang diberikan guru. Pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau petunjuk tertulis, misalnya tugas menghafal, membaca ulang tulisan dan lain sebagainya.  
Mengajarkan al-Quran dengan cara yang baik tidak hanya membuat anak menjadi cinta terhadap al-Quran tetapi juga meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahami al-Quran. Dari sini kemudian terbentuk pemahaman pada anak bahwa membaca al-Quran adalah amal dan perbuatan yang mulia.
Dari berbagai cara dan media yang dilakukan dalam penerapan metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an, dapat disimpulkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan mengarah kepada pembinaan siswa melalui :
a.       Pengenalan huruf hijaiyah yang telah disampaikan yaitu dengan cara mengulang-ulang agar siswa dapat membedakan antara huruf satu dengan huruf lainnya.
b.      Pengenalan tanda baca dan panjang pendeknya bacaan.
c.       Pelafalan huruf dan kalimat dalam al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
d.      Hafalan surat-surat pendek, doa sehari-hari agar siswa terbiasa untuk mengucapkan bahasa al-Qur’an.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam pengembangan kemampuan, dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang diimplementasikan perlu memperhatikan faktor semua siswa dan kemampuan guru.
Kesabaran dalam metode ini sangat dibutuhkan agar tercipta keharmonisan belajar yang berlangsung setiap hari. Adapun hasil pembinaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya kebiasaan baik bagi siswa yaitu mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Maka penerapan metode ini adalah dengan memberikan pelatihan secara rutin dan terus menerus kepada anak dalam berlatih membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode Iqra’ sebagaimana disebutkan di atas adalah upaya praktis guns mrncspsi tujusn tersebut.
2.    Pengertian Tentang Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an
Sebelum membahas tentang pengembangan kemampuan baca al-Qur’an, terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian dari istilah pengembangan kemampuan baca al-Qur’an terdiri dari tiga kata yakni kata “Pengembangan Kemampuan”, “baca”, dan “al-Qur’an”.

a)        Pengertian Pengembangan Kemampuan
Pengembangan menurut analisa penulis mempunyai hubungan dengan kata perkembangan. Perkembangan adalah perubahan yang dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung terus elama siklus kehidupan.[5] Sehingga pengembangan dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat suatu perubahan pada diri seseorang ke arah yang lebih baik. Adapun kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya sanggup, bisa, dapat, kaya dan kuat.[6] Sedangkan secara teori kemampuan merupakan keberhasilan yang memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya.[7]
Dari pengertian tersebut di atas, pengembangan kemampuan memiliki arti yaitu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga, dalam proses membuat suatu perubahan untuk mencapai keberhasilan yang memberi kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Dengan adanya kemampuan diharapkan seseorang dapat merasakan kebahagiaan dan dapat melaksanakan tugas-tugas selanjutnya sesuai dengan bidangnya.

b)        Pengertian Baca
Membaca berasal dari kata dasar ”baca”, berdasarkan kamus ilmiah jiwa dan pendidikan, membaca merupakan ucapan lafadz bahasa lisan menurut peraturan-peraturan tertentu. Kata baca dalam bahasa Indonesia mengandung arti: melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis.[8] Dalam literatur pendidikan Islam istilah baca mengandung dua penekanan yaitu: tilawah dan qiraah. Istilah tilawah mengandung makna mengikuti (membaca) apa adanya baik secara fisik maupun mengikuti jejak dan kebijaksanaan, atau membaca apa adanya sesuai dengan aturan bacaan yang benar dan baik. Sedangkan qiraah mengandung makna menyampaikan, menelaah, membaca, meneliti, mengkaji, mendalami, mengetahui ciri-ciri atau merenungkan, terhadap bacaan-bacaan yang tidak harus berupa teks tertulis. Makna baca tidak sekedar tilawah tapi juga qiraah.  
Kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan Pengembangan Kemampuan bahasa asing.[9] Kemahiran membaca mengandung dua aspek / pengertian. Pertama mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Kedua menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi.[10]
Untuk melatih kemahiran membaca ada beberapa jenis kegiatan membaca yaitu :
1.         Membaca keras
Membaca keras yang juga disebut membaca teknis, walaupun tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk melekukan secara efektif, namun usaha ke arah itu dalam pengajaran bahasa harus terus dilakukan agar mencapai hasil yang maksimal
2.         Membaca dalam hati
Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengrtian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca yang lain, yaitu membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan sebagainya.
3.         Membaca cepat
Tujuan utama membaca cepat ialah untuk memotifasi siswa agar berani membaca lebih cepat daripada kebiasaannya. Walaupun kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian. Para ahli membaca cepat mengatakan bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi waktu tetapi juga menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh pembaca. Sungguhpun membaca cepat ini diperlukan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap bahan bacaan dapat dijadikan bahan membaca cepat.
4.         Membaca rekreatif
Tujuan membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata, bukan untuk mengajarkan pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman teks bacaan secara rinci, tetapi untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuan lebih jauhnya adalah untuk membina minat dan kecintaan membaca.
5.         Membaca analitis
Tujuan utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan rincian informasi yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. Siswa juga dilatih berfikir logis, mencari hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain, dan menarik kesimpulan yang tidak tertulis dalam bacaan.[11]
Dari uraian di atas, hubungannya dengan berlatih membaca al-Qur’an bagi siswa adalah para guru dapat memilih jenis membaca yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sebelum siswa dapat membaca (mengucap huruf, bunyi, atau lambang bahasa) dalam al-Qur’an, lebih dahulu siswa harus mengenal huruf yaitu huruf hijaiyah. Kemampuan mengenal huruf dapat dilakukan dengan cara melihat dan memperhatikan guru menulis. Sedangkan latihan membaca dapat dilakukan dengan membaca kalimat yang disertai gambar atau tulisan. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan Pengembangan Kemampuan membaca adalah kegiatan Pengembangan Kemampuan membaca yang tidak ditekankan pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap melafalkan lambang-lambang. Adapun tujuan Pengembangan Kemampuan membaca permulaan agar siswa dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib.

c)        Pengertian al-Qur’an
Yang dimaksud al-Qur’an di sini adalah kitab suci umat Islam[12]
Al-Qur’an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah SWT dengan perantara malaikat Jibril a.s kepada nabi Muhammad SAW, sebagai kunci dan kesimpulan dari semua kitab suci yang pernah diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus Allah sebelum nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti bacaan yang sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulisan dan bacaan sekitar lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur’an.[13]
Al-Qur’an al-Karim adalah Kalamullah yang diturunkan kepada penutup para rasul, Muhammad bin Abdullah. Dia telah menurunkan al-Qur’an dengan berbahasa Arab melalui lisan nabi Muhammad SAW. Allah telah menjadikan al-Qur’an sebagai mukjizat dalam penjelasan, dan kemukjizatannya bersifat kekal bagi Muhammad SAW. Allah berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 23-24, artinya : “Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba Kami Muhammad maka buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu. Disediakan bagi orang-orang yang kafir.” Karena itu orang-orang yang zalim tidak akan mampu menggantinya, menambahkan sesuatu ataupun mengurangi sesuatu darinya.[14]
Al-Qur’an terus dibaca oleh jutaan orang yang tidak mengerti artinya, dan atau menulis tidak dapat menulis huruf-hurufnya dan bahkan dihafalkan oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Yang padahal bacaan al-Qur’an sangat memperhatikan sejarah turunnya, ayat demi ayat baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya sampai kepada sebab-sebab turunnya.[15]  Hal itu menunjukkan betapa al-Qur’an ini memiliki daya tarik yang besar bagi orang-orang yang mengimaninya maupun sebagian orang yang tidak beriman untuk membaca dan mempelajarinya. Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang teratur tat cara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal, atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang atau yang boleh ditersukan bacaanya atau harus memulai dan berhenti membacanya bahkan diatur lagu dan iramnya sampai pada etika membacanya. Seorang orientalis H.A.R. Gibb pernah menulis bahwa, “Tidak ada seorangpun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti yang dibaca Muhammad (al-Qur’an).” Demikian terpadu dalam al-Qur’an keindahan bahasa, ketelitian dan keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan dan kebenarannya serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya. Tidak dapat disangkal oleh siapapun yang memilki penilaian yang obyektif bahwa kitab suci al-Qur’an memiliki keistimewaan-keistimewaan yang diakui oleh kawan maupun lawan sejak dahulu hingga sekarang. [16] Namun demikian seseorang yang memiliki niat untuk mempelajari al-Qur’an baik membaca, mempelajari isinya atau menghafalkannya membutuhkan kecintaan yang tinggi terhadap al-Qur’an. Untuk menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur’an harus ada hubungan yang intensif dengannya. Sementara suatu kemukjizatan al-Qur’an, jika kita mendekat dengan al-Qur’an maka al-Qur’an akan mendekat kepada kita, begitu pula sebaliknya jika kita jauh dari al-Qur’an maka al-Qur’anpun akan menjauh dari kita.[17] Membaca al-Qur’an baik dengan bacaan yang keras maupun dengan bacaan yang lirih merupakan anjuran dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat imam Muslim, yang artinya : “Allah tidak memberikan izin kepada sesuatu sebagaimana Allah memberikan izin kepada nabi Muhammad SAW yang bersuara indah untuk melagukan al-Qur’an (membacanya) dengan suara keras.”[18] Setelah seseorang mampu menguasai bacaan al-Qur’an tugas berikutnya adalah dia harus mengamalkan isi kandungan al-Qur’an. Namun demikian bagi orang mukmin yang kebetulan belum bisa membaca al-Qur’an namun dapat memahami kandungan isinya, dia tetap harus berusaha untuk mengamalkan isi al-Qur’an dengan benar.
Jadi kata “baca” berarti suatu kegiatan yang dilaksanankan secara berurutan yaitu terus belajar membaca. Kata “al-Qur’an” menurut bahasa artinya bacaan sedangkan menurut istilah adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman bagi pemeluk ajaran agama Islam, jika dibaca bernilai ibadah. Pengertian dapat penulis uraikan dengan lebih terinci, bahwa al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara mutawatir dan berangsur-angsur, melalui malaikat Jibril yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas dan membacanya bernilai ibadah .
Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan suatu pengertian bahwa Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an adalah suatu kegiatan bimbingan dan latihan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca kitab suci al-Qur’an. 

B.     Kajian Pustaka
Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa karya yang ada relevansinya dengan judul skripsi “Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca Al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas” ini. Beberapa karya itu antara lain:
Skripsi yang di tulis oleh Amalia Setiati Program Studi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto, 2008 tentang Peranan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Baitul Hikmah sebagai penunjang keberhasilan Pendidikan Agama Islam di MI Negeri Purwokerto. Penelitian lapangan ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di TPA Baitul Hikmah Purwokerto. TPA ini melaksanakan Pengembangan Kemampuannya pada setiap hari Senin sampai Jum’at pada pukul 14.00-15.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB. Di TPA Baitul Hikmah diajarkan berbagai materi agama yaitu : Belajar mengenal huruf al-Qur’an, membaca al-Qur’an, menulis huruf al-Qur’an, Bermain Cerita Menyanyi (BCM), Akhlak, hafalan do’a sehari-hari, hafalan surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, amalan-amalan ibadah seperti wudhu dan shalat, seni kaligrafi, tarikh, murottal (qiro’ah) dan Bahasa Arab. Dari berbagai materi tersebut dapat dikatakan materi pokoknya adalah Pengembangan Kemampuan al-qur’an baik membaca, menghafal dan menulis al-Qur’an. Metode Pengembangan Kemampuan yang diterapkan di TPA Baitul Hikmah tersebut adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drill atau latihan, pemberian tugas, sosio drama, dan BCM (Bermain, Cerita, Menyanyi). Sedangkan materi pelajaran di MIN Purwokerto yaitu al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI, BTA (Baca Tulis Al-Qur’an) dan Bahasa Arab. Dari kesesuaian antara materi di TPA Baitul Hikmah dengan materi pelajaran di MIN Purwokerto menghasilkan prestasi yang dicapai siswa-siswi MI Negeri Purwokerto dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat meningkat. Disebutkan pula dalam hasil penelitian tersebut faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di TPA Baitul Hikmah sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam di MIN Purwokerto. Faktor pendukungnya yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai di MIN Purwokerto guna pembentukan akhlak yang Islami, tersedianya buku-buku agama sebagai pedoman guru dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam, adanya hubungan yang baik antara sekolah baik guru maupun siswa dengan TPA Baitul Hikmah sehingga tercipta suasana yang harmonis yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan agama di MIN Purwokerto. Adapun faktor penghambatnya adalah masih kurangnya kesadaran bebrapa siswa untuk mengikuti pendidikan agama Islam di TPA Baitul Hikmah, keterbatasan buku-buku paket bagi siswa sehingga menghambat siswa untuk lebih memperdalam pelajaran agama, kurang aktifnya orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya belajar di TPA Baitul Hikmah khususnya pada saat liburan sekolah sehingga menghambat kelancaran pendidikan agama kepada mereka. Pada kesimpulan penelitian tersebut disebutkan bahwa peranan TPA Baitul Hikmah cukup signifikan bagi keberhasilan siswa dalam pemebelajaran PAI di sekolah, dengan dibuktikan nilai pendidikan agama Islam antara siswa yang belajar di TPA dengan siswa yang tidak belajar di TPA cukup tinggi perbedaannya. Nilai siswa yang belajar di TPA relatif cukup bagus.
Persamaan skripsi tersebut dengan skripsi yang akan penulis susun adalah pada kesamaan rumpun materi Pengembangan Kemampuannya yaitu materi pendidikan agama Islam, sedangkan perbedaannya terletak pada metode dan lokasi penelitian.
Skripsi yang di tulis oleh Viani Dwi Ekorini Program Studi PAI Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto, 2012, tentang Penerapan Metode Qiroati dalam Pengembangan Kemampuan al-Qur’an di TPA An Nur Danasri Nusawungu Cilacap. Dalam skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode qiroati dalam Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an di TPA An Nur tersebut. Bahwa metode Qiroati disusun oleh H. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang yang merasa prihatin dengan kondisi saat itu dimana banyak anak-anak yang sudah pandai membaca al-Qur’an namun bacaannya belum tartil. Dari situlah beliau mempunyai gagasan untuk menyusun sebuah metode yang sekiranya memudahkan anak-anak untuk belajar membaca al-Qur’an secara mudah dan dalam waktu yang singkat. Proses penyusunan buku tersebut memakan waktu yang cukup panjang hingga pada akhirnya beliau berhasil menyelesaikan penyusunan buku tersebut. Nama Qiroati ditetapkan atas usul dari Ustazd Ahmad Djunaidi dan Ustazd Syukri Taufiq. Tujuan Qiroati disusun adalah untuk :
1.      Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an
Maksudnya menjaga kesucian dan kemurnian bacaan al-Qur’an yang benar dan sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya.
2.      Menyebarluaskan ilmu membaca al-Qur’an.
3.      Mengingatkan  para pengajar al-Qur’an agar lebih berhati-hati dalam mengajar.
4.      Meningkatkan kualitas pendidikan al-Qur’an.
Target utama dari Pengembangan Kemampuan al-Qur’an dengan menggunakan metode Qiroati adalah : membaguskan makhraj, membaca al-Qur’an sesuai tajwid, mengenal bacaan gharib dan musykilat, dan faham ilmu tajwid praktis. Sedangkan target pendukungnya adalah : mengerti bacaan shalat dan praktek shalat, hafal surat-surat pendek minimal surat an-Nas sampai surat ad-Duha, hafala do’ sehari-hari, mampu menulis Arab dengan baik dan benar, mengenal dan faham angka-angka Arab. Adapun sistem  pengajarannya antara lain : Membaca huruf berkharokat langsung, langsung praktek tajwid praktis, sistem modul, guru sudah lulus taskhih, siswa aktif, diadakan evaluasi pada setiap pertemuan dan setiap Pengembangan Kemampuan menggunakan waktu kurang lebih 60 menit.
 Prinsip dasar Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an dengan metode ini adalah : Tidak boleh menuntun, teliti waspada dan tegas, memperhatikan siswa dan memberi motivasi. Kelebihan metode ini adalah bahawa metode ini menuntut kektifan siswa dalam belajar, materi disusun secara berkesinambungan, pengajarnya profesional dan materi yang disusun sesuai dengan tujuan pembelejaran baca al-Qur’an. Adapun kelemahannya penyajian materinya kurang sistematis yaitu tidak selesai dalam satu pokok bahasan. Buku Qiroati sulit didapat dan pengajar tidak semua orang dapat mengajar metode ini karena harus melalui tahap ujian dan harus memiliki syahadah/piagam. Adapun isi dari materi Qiroati terdiri atas sepuluh jilid. Jilid satu berisi bacaan huruf-huruf berkharakat fathah yang dibaca langsung dan nama-nama huruf hijaiyah dari alif sampai ya. Jilid dua berisi pengenalan dua huruf pendek, tiga huruf pendek dan bacaan huruf berangkai dalam satu suku kata. Jilid tiga berisi pengenalan harakat fathah, kasrah dan dhammah, membaca langsung huruf hidup dan pengenalan nama kharakat, pengenalan perubahan huruf ‘ain ketika dirangkai baik awal, tengah maupun akhir. Jilid empat berisi pengenalan fatahah tanwin, kasrah tanwin dan dhammah tanwin dan pengenalan tanda baca panjang atau mad thabi’i. Jilid lima berisi pengenalan mad thabi’i yang belum diajarkan di jilid empat dan pengenalan fathah berdiri, kasarah berdiri dan dhammah terbalik. Jilid enam berisi pengenalan bacaan al-qomariyah, tanda sukun, ikhfa, mad wajib muttashil. Jilid tujuh isinya melanjutkan ikhfa, mengenalkan bacaan harfu lin, mad jaiz munfashil, al syamsiyah dan huruf bertasydid. Jilid delapan berisi meneruskan huruf lin, mengenalkan izdghammitslain, izdghambighunnah, izdghambilaghunnah dan lafazd lam jalalah. Jilid sembilan mengenalkan bacaal qalalah, iqlab, dan ikhfa syafawi. Jilid sepuluh berisi khusus mengenalkan idzhar (dibaca jelas tidak boleh mendengung). Metode Qiroati diterapkan dengan cara membiasakan santri untuk menirukan bacaan pengajarnya bagaimana cara membaca al-Qur’an dengan lafal yang baik dan benar. Metode tersebut berhasil diterapkan di TPA An Nur Danasri Nusawungu Cilacap, namun masih ada beberapa kendala keberhasilan metode tersebut sebagaimana telah disebutkan dalam kelemahan metode ini.
Persamaan isi skripsi tersebut dengan skripsi yang penulis susun terletak pada materi penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an. Sedangkan perbedaannya adalah tentang metode Pengembangan Kemampuan yang digunakan dan lokasi penelitian.
Dari kedua penelitian tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa penelitian yang akan penulis lakukan cukup layak untuk dilakukan, karena memiliki beberapa perbedaan yang cukup mendasar dari penelitian yang dilakukan sebelumnya. Adapun metode Pengembangan Kemampuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Metode Iqra’.

C.    Kerangka Berpikir
Pada hakekatnya Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an termasuk metode yang sudah sering dilaksanakan oleh para pengajar al-Qur’an. Dan keberhasilan dari metode ini juga sudah dapat terlihat. Seperti yang terjadi di pendidikan-pendidikan pondok, TPQ dan pendidikan baca al-Qur’an lainnya.
Penerapan Metode Iqra’ dilaksanakan dengan teknik Pengembangan Kemampuan rutin setiap hari atau dalam waktu yang berkesinambungan. Hal ini akan mengalami beberapa kendala diantaranya :
1.      Kurangnya ketekunan dari guru dan siswa
2.      Mudahnya timbul kebosanan pada guru dan siswa
3.      Mudah berhenti atau bubar bila tidak ada kontrol dari penenggungjawab kegiatan
Kendala tersebut akan dapat diatasi bila dalam Pengembangan Kemampuan baca al-Qur’an melalui Penerapan Metode Iqra’ ini dilakukan dengan :
1.      Adanya reword dan panisme bagi guru atau pengajar metode tersebut
2.      Tersedianya media Pengembangan Kemampuan yang fariatif
3.      Keistiqomahan guru dan siswa dalam melaksanakan metode tersebut
4.      Adanya pengawasan dari penanggungjawab pelaksanaan metode ini


[1] A.Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005), Cet.3  hlm. 6
[2] Wina Sanjaya, Strategi Pengembangan Kemampuan Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet.1 hlm. 124
[3] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2010), Cet.11 hlm. 76
[4] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2010), Cet.11 hlm. 76 - 90
[5] Mulyanti Sumantri, (Perkembangan Peserta Didik, Jakarata : Universitas Terbuka, 2007), hlm 1.20
[6]Tim penyusun kamus PMB, (Kamus Besar Bahasa Indonesia Bergambar, Jakarta : Pacu Minat Baca, 2008) hlm.514

[7] Mulyanti Sumantri, (Perkembangan Peserta Didik, Jakarata : Universitas Terbuka, 2007), hlm 1.21
[8] Tim penyusun kamus PMB, (Kamus Besar Bahasa Indonesia Bergambar, Jakarta : Pacu Minat Baca, 2008) hlm.99
[9] Ahmad Fuad Effendi, (Metodologi Pengajaran Bahasa Arab , Malang : Misykat, 2005),hlm 41
[10] Ahmad Fuad Effendi, Metodologi ....... 2005,hlm 41
[11] Ahmad Fuad Effendi, Metodologi ....... 2005,hlm 129-131
[12] Tim Penyusun Kamus PMB, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bergambar, (Jakarta: Pacu Minat Baca, 2008), hal 72
[13] Sa’dulloh, Cara Cepat Menghafal al-Qur’an,( Jakarta: Gema Insani, 2008), hal 1
[14] Raghib as Sirjani dan Abdurrahman Abdul Khalik,Cara Cerdas Hafal al-Qur’an (Solo: Aqwam, 2012), hal 16
[15] Sa’dulloh, Cara cepat..., hlm. 2.
[16] Sa’dulloh, Cara cepat..., hlm. 2-3
[17] Abdul Aziz Abdur Ra’uf, Andapun bisa menjadi hafidz al_qur’an, (Jakarta: Markaz al-Qur’an, 2009), hal 72
[18] Mukhlisoh Zawawi, P-M3 Al-Qur’an, (Solo: Tinta Medina, 2011), hal 26
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home