Ahmad Munthahar-Skripsi Bab I : Metode Iqra'




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam al-Qur’an dan hadits nabi SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT) merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas pendidik adalah mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah tersebut pada manusia (anak). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum ayat 30, yang artinya:
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.[1]
Al-Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah dan hanya dapat direnungkan maknanya oleh orang-orang yang berilmu. Al-Qur’an hanya jelas bagi orang-orang yang berilmu. Merekalah yang segera merebahkan diri dan sujud bila dibacakan ayat-ayatNya. Untuk memperoleh petunjuk dari al-Qur’an, bukan saja diperlukan ketakwaan dan keimanan tetapi juga ilmu pengetahuan. [2]
Al-Qur’an ialah Kitab Suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Karena itu setiap orang yang mempercayai al-Qur’an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta mengamalkan dan mengajarkannya.
Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat, budaya antara pembaca dan teks demikian jauh. Al-Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh umat muslim bangsa Indonesia secara kultur. Akan tetapi, al-Qur’an bagaimanapun adalah Kitab Allah SWT untuk semua manusia yang mengandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. Untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut maka al- Qur’an perlu dipelajari.
Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan al-Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain. Di samping itu juga harus memikirkan, merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka tentunya harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an, tentunya sulit untuk mempelajari al-Qur’an. Oleh karena itu, diperlukan cara membaca al-Qur’an yang tidak menyulitkan terutama bagi pemula atau anak yang masih kecil.
Prinsip pengajaran al-Qur’an pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yang semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar anak-anak dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Metode merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.[3] Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru diharapkan memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam menggunakan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Penerapan Metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an pada hakekatnya adalah cara mengajarkan al-Qur’an pada anak yang merupakan suatu proses pengenalan al-Qur’an tahap pertama dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau tanda bunyi. Pengajaran membaca al-Qur’an tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar, karena dalam pengajaran al-Qur’an, anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang paling penting dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah keterampilan membaca al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu Tajwid.
Salah satu kesulitan membaca al-Qur’an bagi anak-anak adalah karena ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang lancar, bahkan tidak faasih dalam membaca. Kesulitan tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu tajwid, dan biasanya para guru mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali anak sekedar menghafal saja. Hal tersebut di atas juga banyak dialami oleh anak didik yang masih duduk di bangku tingkat dasar. Maka bagi guru perlu menggunakan metode yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur’an.
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur’an masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam kemampuan membaca al-Qur’an. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar baca al-Qur’an adalah dengan penggunaan metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru baca al-Qur’an dalam kelas.
Dalam mendidik agama pada siswa jenjang sekolah dasar diperlukan pendekatan pendekatan tertentu, diantaranya melalui pendekatan keagamaan. Pendekatan keagamaan ialah bagaimana cara pendidik memproses anak didik atau siswa melalui kegiatan bimbingan, latihan dan pengajaran keagamaan, termasuk di dalamnya mengarahkan, mendorong, dan memberi semangat kepada mereka agar mau mempelajari ajaran agamanya melalui baca al-Qur’an, serta taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.
Dalam pengertian di atas terdapat proses belajar, yaitu belajar mempelajari ajaran agama. Adapun belajar itu sendiri adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.[4] Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Di era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi informasi terutama dalam kemajuan media massa (cetak dan elektronik), sehubungan dengan kehidupan anak sehari-hari, pengaruh media massa dapat berdampak positif dan juga negatif.
Baca al-Qur’an adalah bagian materi Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang mendapat perhatian yang lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang mengeluh bahwa lulusan sekolah dasar banyak yang belum dapat membaca al-Qur’an secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan rendahnya prestasi baca al-Qur’an siswa, terutama pada materi membaca dan menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada kelas II sekolah dasar. Seharusnya ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena diharapkan pendidikan sekolah dasar adalah dasar bagi pembentukan diri anak. Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai baca al-Qur’an sejak dini untuk dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan dan keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa. Banyaknya anak yang belum mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan mengamalkan isinya.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis tanggal 5 September 2013, didapatkan informasi bahwa pelaksanaan Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan kecamatan Pekuncen telah dilaksanakan selama dua tahun pelajaran yaitu tahun 2011/2012 dan tahun 2012/2013. Alasan mengapa metode ini terus diterapkan dalam dua tahun terahir ini, karena ada beberapa keuntungan yang didapat dari pelaksanaan metode ini. Beberapa keuntungan tersebut antara lain :
1.      Metode ini dirasa cukup efektif dan efisien dalam proses pengembangan kemampuan baca al-Qur’an kepada siswa MI Muhammadiyah Kranggan.
2.      Metode ini tidak membebani siswa dalam belajar baca al-Qur’an karena pembelajarannya tidak terlalu banyak namun dilaksanakan secara rutin sebagai kegiatan harian siswa.
3.      Selain siswa, guru juga dapat merasakan keuntungannya yaitu dapat digunakan sebagai kegiatan muraja’ah atau mengulang untuk lebih membaguskan bacaan yang sudah dikuasai bersama siswa.
4.      Selain dapat membaca al-Qur’an, metode ini juga menghasilkan keuntungan lain yaitu terlatihnya sifat disiplin pada siswa untuk hadir lebih awal di madrasah karena pelaksanaan metode ini dilakukan setiap pukul 06.30 sampai pukul 07.00 atau 30 menit sebelum pembelajaran formal dimulai.[5]
Dari observasi awal ditersebut, timbul permasalahan bagi penulis tentang pelaksanaan penerapan metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas.
Maka untuk mengetahui lebih dalam tentang penerapan metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas ini dilaksanakan, maka diperlukan suatu penelitian ilmiah.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, penulis mencoba untuk mengadakan penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupatan Banyumas”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggali informasi tentang proses Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen. Adapun secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan.
2.    Untuk mengetahui hasil yang dapat dicapai dari penerapan metode tersebut.
Adapun manfaat dari penelitian ini nantinya di harapkan dapat:
1.   Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
2. Sebagai bahan informasi dari berbagai pihak, khususnya sekolah yang bersangkutan, masyarakat dan pemerintah.
3.    Bagi siswa, akan lebih membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam menggunakan metode mengajar, dan bagi kepala sekolah, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.


[1] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: 2010, hlm.805
[2] Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif,Bandung: Mizan, 1986, hlm. 202
[3]Udin S. Winatapura, MA.,dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka: 2004, hlm. 4.3.
[4] Udin S. Winatapura, MA.,dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka: 2004, hlm. 2.3.
[5] Hasil wawancara dengan Masbuhin, S.Pd.I guru kelas III sebagai penanggungjawab kegiatan dan penelaahan arsip kartu prestasi Iqra’ dan Qira’ al-Qur’an MI Muhammadiyah Kranggan
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home