BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam al-Qur’an
dan hadits nabi SAW dinyatakan bahwa agama (tauhid/keimanan kepada Allah SWT)
merupakan suatu fitrah atau potensi dasar manusia (anak). Sedangkan tugas pendidik adalah
mengembangkan dan membantu tumbuh kembangnya fitrah tersebut pada manusia
(anak). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ar Ruum ayat 30, yang
artinya:
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.[1]
Al-Qur’an diturunkan dengan ilmu Allah dan hanya dapat direnungkan maknanya oleh
orang-orang yang berilmu. Al-Qur’an hanya jelas bagi orang-orang yang berilmu. Merekalah yang segera merebahkan diri dan sujud bila
dibacakan ayat-ayatNya. Untuk memperoleh petunjuk dari al-Qur’an, bukan saja
diperlukan ketakwaan dan keimanan tetapi juga ilmu pengetahuan. [2]
Al-Qur’an
ialah Kitab Suci yang merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam menjadi
petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu rahmat yang tak ada
taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi
petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta
mengamalkannya. Karena itu setiap orang yang mempercayai al-Qur’an,
akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajarinya
dan memahaminya serta mengamalkan dan mengajarkannya.
Al-Qur’an
diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW sekian abad yang lalu. Persoalan
yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat, budaya antara pembaca
dan teks demikian jauh. Al-Qur’an
yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh umat
muslim bangsa Indonesia secara kultur. Akan tetapi, al-Qur’an
bagaimanapun adalah Kitab Allah SWT untuk
semua manusia yang mengandung
nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. Untuk mengetahui
nilai-nilai yang universal tersebut maka al- Qur’an perlu dipelajari.
Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan al-Qur’an
kepada dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain. Di samping itu juga harus memikirkan,
merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal itu maka tentunya
harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an,
tentunya sulit untuk mempelajari al-Qur’an. Oleh karena itu, diperlukan cara
membaca al-Qur’an yang tidak menyulitkan terutama
bagi pemula atau anak yang masih kecil.
Prinsip pengajaran al-Qur’an pada dasarnya dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode, yang semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar
anak-anak dapat membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar. Metode merupakan
salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.[3]
Dalam proses belajar mengajar metode merupakan faktor yang sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang pendidik atau guru diharapkan
memiliki berbagai metode yang tepat serta kemampuan dalam menggunakan metode
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Penerapan Metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca al-Qur’an pada hakekatnya adalah
cara mengajarkan al-Qur’an pada anak yang merupakan suatu
proses pengenalan al-Qur’an
tahap pertama dengan tujuan agar siswa mengenal huruf sebagai tanda suara atau
tanda bunyi. Pengajaran membaca al-Qur’an
tidak dapat disamakan dengan pengajaran membaca dan menulis di sekolah dasar,
karena dalam pengajaran al-Qur’an,
anak-anak belajar huruf dan kata-kata yang tidak mereka pahami artinya. Yang
paling penting dalam pembelajaran membaca al-Qur’an adalah keterampilan membaca al-Qur’an dengan baik sesuai dengan
kaidah yang disusun dalam ilmu Tajwid.
Salah satu kesulitan membaca al-Qur’an bagi anak-anak adalah karena
ayat-ayatnya terdapat kalimat yang panjang sehingga mengakibatkan kurang
lancar, bahkan tidak faasih dalam membaca. Kesulitan
tersebut diakibatkan karena pada tingkat dasar belum sepenuhnya memahami ilmu
tajwid, dan biasanya para guru mengajarkan secara praktis, sehingga seringkali
anak sekedar menghafal saja. Hal
tersebut di atas juga banyak dialami oleh anak didik yang masih duduk di bangku tingkat dasar. Maka bagi guru perlu menggunakan metode
yang tepat dan efisien dalam mengajarkan membaca al-Qur’an.
Rendahnya motivasi siswa dalam belajar al-Qur’an
masih merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan terutama dalam
kemampuan membaca al-Qur’an. Salah
satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar baca al-Qur’an adalah dengan penggunaan
metode yang sesuai yang dapat dilakukan oleh guru baca al-Qur’an dalam kelas.
Dalam mendidik agama pada siswa jenjang sekolah
dasar diperlukan pendekatan pendekatan tertentu, diantaranya melalui pendekatan
keagamaan. Pendekatan keagamaan ialah bagaimana cara pendidik memproses anak
didik atau siswa melalui kegiatan bimbingan, latihan dan pengajaran keagamaan,
termasuk di dalamnya
mengarahkan, mendorong, dan memberi semangat kepada mereka agar mau mempelajari
ajaran agamanya melalui baca al-Qur’an,
serta taat dan mempunyai cita rasa beragama Islam.
Dalam pengertian di
atas terdapat proses belajar, yaitu belajar mempelajari ajaran agama. Adapun
belajar itu sendiri adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.[4]
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman
yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa
ini merupakan masa yang menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak
untuk masa berikutnya. Di era globalisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi
informasi terutama dalam kemajuan media massa (cetak dan elektronik),
sehubungan dengan kehidupan anak sehari-hari, pengaruh media massa dapat
berdampak positif dan juga negatif.
Baca al-Qur’an adalah bagian materi Pendidikan
Agama Islam di sekolah dasar yang selama ini kurang mendapat perhatian yang
lebih besar, padahal banyak sekali masyarakat yang mengeluh bahwa lulusan sekolah dasar banyak yang belum
dapat membaca al-Qur’an
secara benar sesuai dengan ilmu tajwid. Hal ini juga didukung dengan rendahnya
prestasi baca al-Qur’an siswa, terutama pada materi
membaca dan menulis huruf hijaiyah yang sudah mulai dikenalkan pada kelas II sekolah dasar. Seharusnya
ini menjadi kekhawatiran semua guru Agama Islam, karena diharapkan pendidikan sekolah dasar adalah dasar bagi
pembentukan diri anak. Akan sangat sulit sekali ketika anak tidak menguasai
baca al-Qur’an sejak dini untuk dapat membaca al-Qur’an secara baik dan benar. Kritikan
dan keluhan masih sering dilontarkan oleh masyarakat dan para orang tua siswa.
Banyaknya anak yang belum mampu membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar, belum mampu menulis serta belum mampu memahami dan
mengamalkan isinya.
Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan penulis tanggal 5 September 2013, didapatkan
informasi bahwa pelaksanaan Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan
Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan kecamatan
Pekuncen telah dilaksanakan
selama dua tahun pelajaran yaitu tahun 2011/2012 dan tahun 2012/2013. Alasan
mengapa metode ini terus diterapkan dalam dua tahun terahir ini, karena ada
beberapa keuntungan yang didapat dari pelaksanaan metode ini. Beberapa keuntungan tersebut antara lain :
1.
Metode
ini dirasa cukup efektif dan efisien dalam proses pengembangan kemampuan baca
al-Qur’an kepada siswa MI Muhammadiyah Kranggan.
2.
Metode
ini tidak membebani siswa dalam belajar baca al-Qur’an karena pembelajarannya
tidak terlalu banyak namun dilaksanakan secara rutin sebagai kegiatan harian
siswa.
3.
Selain
siswa, guru juga dapat merasakan keuntungannya yaitu dapat digunakan sebagai
kegiatan muraja’ah atau mengulang untuk lebih membaguskan bacaan yang sudah
dikuasai bersama siswa.
4.
Selain
dapat membaca al-Qur’an, metode ini juga menghasilkan keuntungan lain yaitu
terlatihnya sifat disiplin pada siswa untuk hadir lebih awal di madrasah karena
pelaksanaan metode ini dilakukan setiap pukul 06.30 sampai pukul 07.00 atau 30
menit sebelum pembelajaran formal dimulai.[5]
Dari observasi awal ditersebut, timbul permasalahan
bagi penulis tentang pelaksanaan penerapan metode Iqra’ dalam pengembangan
kemampuan baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen
Kabupaten Banyumas.
Maka
untuk mengetahui lebih dalam tentang
penerapan metode Iqra’ dalam pengembangan kemampuan baca
al-Qur’an di
MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan
Pekuncen Kabupaten Banyumas ini dilaksanakan, maka diperlukan
suatu penelitian ilmiah.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, penulis mencoba untuk mengadakan penelitian
yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Penerapan Metode
Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen Kabupatan Banyumas”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang penulis kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Bagaimana Penerapan
Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah
Kranggan Kecamatan
Pekuncen Kabupaten
Banyumas?
C.
Tujuan Dan Manfaat
Penelitian
Penelitian ini secara
umum bertujuan untuk menggali informasi tentang proses Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan Kemampuan Baca
al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan Kecamatan Pekuncen.
Adapun secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses Penerapan Metode Iqra’ dalam Pengembangan
Kemampuan Baca al-Qur’an di MI Muhammadiyah Kranggan.
2.
Untuk mengetahui hasil yang dapat dicapai dari penerapan metode tersebut.
Adapun manfaat dari penelitian ini nantinya di
harapkan dapat:
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis
2. Sebagai bahan informasi dari berbagai pihak,
khususnya sekolah yang bersangkutan, masyarakat dan pemerintah.
3. Bagi siswa, akan lebih
membangkitkan semangat belajar, bagi guru, memberikan alternatif dalam
menggunakan metode mengajar, dan bagi kepala sekolah, diharapkan agar hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
[3]Udin S. Winatapura, MA.,dkk, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka:
2004, hlm. 4.3.
[4] Udin
S. Winatapura, MA.,dkk,
Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka:
2004,
hlm. 2.3.
[5] Hasil
wawancara dengan Masbuhin, S.Pd.I guru kelas III sebagai penanggungjawab
kegiatan dan penelaahan arsip kartu prestasi Iqra’ dan Qira’
al-Qur’an MI Muhammadiyah Kranggan